Pengendalian Resiko Peralatan MEP Gedung
The Capital Team |
Seorang teknisi dalam melihat suatu permasalahan atau aktifitasnya yang rutin telah mengetahui secara pasti apa yang harus dilakukan, tak terkecuali sama dengan yang non pengalaman. Mengidentifikasi secara pasti atau jelas sub bidangnya akan membawa hasil yang maksimal walaupun dalam pelaksanaannya kerap terbentur berbagai kendala yang tidak diduga ( urcentainly ) atau sudah siap untuk diterima juga siap dialihkan. Hal ini terkait erat dengan suatu proses yang dinamai “Resiko”.
Resiko tidak akan bisa menghasilkan 100% resiko, ada yang sengaja diterima (accept), ada yang di nitigasi, menyisakan residu resiko & ada pula resiko yang tidak bisa diidentifikasi di awal ( unknown – unknown ). Jika resiko diabaikan oleh seorang teknisi akan berdampak pada penurunan kualitas peralatan, baik dari sisi usia pakai atau fungsi utama dari suatu peralatan sehingga dampak lanjutan akan membawa perubahan stigma dasar pemikiran terhadap proses awal desain / perancangan yang telah dilaksanakan.
Pemetaan yang diperoleh dari data inspeksi, operasional atau perawatan berawal dari proses indentifikasi / pencatatan tertulis pada lembar kerja yang ditentukan (di rancang) oleh organisasi, sehingga tingkat kegagalan proses operasional peralatan telah diketahui sedari awal. Dasarnya, jika identifikasi tidak segera dikelola ( dievaluasi & ditindak lanjuti ) akan berdampak semakin buruk terhadap kualitas terpasang pada peralatan yang ada. Pengendalian utama untuk mengeliminasi resiko berasal dari sumber :
a. Manusia, proses & teknologi terpakai
b. Internal & Eksternal Organisasi (perusahaan)
c. Bencana, ketidakpastian dan kesempatan.
Banyak hal dari ketiga unsur diatas telah menjembatani perubahan dalam Pengendalian Resiko di bidang Perawatan Peralatan ME, karena telah semakin maju pengetahuan dari segi engineering & manajemen dengan sains dan teknologi.
Dengan perawatan yang teratur maka “Resiko” peralatan rusak sangat rendah, tetapi tiap produk hendaknya selalu disertai petunjuk operasi dan perawatan yang harus diikuti dengan baik dan tepat. Lain halnya jika peralatan harus menjalani perbaikan tetapi terjadi kendala dalam pengadaan part yang dibutuhkan. Semua hal diatas dapat ditanggulangi dengan melihat sesuatu dari sisi objektif ( manajemen Panik ) yang harus dijalankan.
Perawatan pencegahan, perawatan prediktif, perawatan korektif, perawatan detektif serta konsep perawatan yang berkembang dari kemajuan tersebut, seperti Relability Centered Maintenance ( RCM ), Total Productive Maintenance ( TPM ), An Conditional Maintenance dan banyak lagi istilah baru, menunjukan adanya dinamika dalam bidang perawatan.
Disamping itu hendaknya ditekankan bahwa keberhasilan perawatan tergantung dari faktor manusianya serta dilakukan terhadap semua aspek dan kegiatan perusahaan dengan sebaik-baiknya. Semua ini dilakukan setelah kita telah mengetahui Proses Penilaian Resiko (Risk Assessment), Proses Pengurangan Resiko (Risk MITIGATION ) dan Proses Evaluasi Resiko (Risk Evaluation) terhadap peralatan dan teknologi yang terpasang. Perawatan dilakukan untuk meningkatkan produktivitas, waktu produk serta menjamin keselamatan dan kemampuan manusia, aset dan lingkungan.
Manajemen Resiko adalah proses pengukuran atau penilaian resiko serta pengembangan strategi pengelolaannya. Stategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu.
Manajemen Resiko Tradisional terfokus pada resiko-resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal ( seperti bencana alam atau kebakaran, kematian serta tuntutan hukum ).
The Pool |
Suatu resiko tidak dapat dihilangkan, ada kemungkinan-kemungkinan yang dapat diterjemahkan guna minimalisasi hasil negatip ( tidak akan bisa mengeliminasi 100% resiko ) yang akan diperoleh ( Awal ke Proses – Kontrol – Hasil ). Dalam suatu bangunan, jika kita menerapkan manajemen resiko banyak konsep prioritas yang dapat ditemukan agar diperoleh operasional peralatan optimal.
Risk Avoidance ( Alternatif Resiko ), Risk Mitigation ( Pengalihan Resiko ), Risk Transference ( Pemindahan Resiko ) dan Risk Acceptance ( Penerimaan Resiko ) merupakan hasil akhir untuk diperoleh kalkulasi dalam penggunaan tiap peralatan terpasang di dalam gedung. Sekarang kita analogikan suatu PRM ( Project Risk Management ) dalam aktifitas Maintenance ( Service GENSET ). Bayangkan jika tiba-tiba peralatan distribusi Listrik suatu apartemen mengalami kegagalan fungsi ( Sinkron ) dimana konsumen utama dari peralatan ini adalah pemilik/penguni dan pengguna yang segala sesuatunya harus riil dan logis.
Pemeriksaan, pengukuran, lihat jadwal service terakhir dan lain pelaksanaan teknis problem solving telah dilakukan, pada akhirnya tinggal titik terakhir yang belum terobservasi, yakni ruangan pengguna / konsumen tersebut sendiri, dan kelihatan sedang tidak bisa diganggu karena kesibukan di luar dari biasanya, adapun lokasi peralatan yang akan diperiksa tepat berada di atas meja kerja. Berhubung ini masalah yang harus ditangani, kita menyadari jumlah resiko yang harus diterima. Perencanaan, pelaksanaan, koordinasi dan komunikasi telah dilaksanakan dalam penyelesaian sebelumnya, tak terpikirkan jika mengalami hitungan Resiko yang tak teridentifikasi secara menyeluruh, dan tak terbayangkan sebelumnya. Pelaksanaan PRM yang mendasar adalah sebagai berikut :
Fakta : ada pengguna bersangkutan di lingkungan obyek….
A. Kalkulasi
1. Berapa kemungkinan diijinkan untuk bekerja ? [ 0%, 25%, 50%, 100%?]
2. Apa yang diperoleh jika permasalahan tidak selesai ? [ marah, gerutu, di PHK ]
3. Berapa waktu penyelesaian ( target ) ?
Solusi penyelesaian berdasar PRM adalah dengan :
a. Menunda, tunggu waktu yang tepat – ( Risk Avoidance ), alternative ini dipilih jika resiko terlalu tinggi. Jika resiko yang diterima akan mengalami kegagalan total pada saat pelaksanaan.
b. Meminta ijin, acuh, ada yang bertanggung jawab, hanya pelaksana ( Risk Mitigation ). Tidak menghindari resiko tapi mengurangi resiko, dengan perbandingan seimbang antara Kemungkinan dan Konsekuensi.
c. Meminta pemberi tugas untuk menemui pengguna bersangkutan, jadi tanggung jawab sudah dialihkan ( Risk Transference ), dalam manajemen proyek hal seperti ini sudah biasa, salah satu metode adalah membeli asuransi, karena dengan premi yang sudah dibayarkan proyek akan terjamin untuk resiko tertentu.
d. Lanjutkan Pekerjaan ( Risk Acceptance ), alternative ini diambil jika resiko dianggap sangat kecil sehingga pantas untuk diabaikan.
Perbedaan mendasar pelaksanaan dari PRM klasik yakni, banyak penggunaan dari terlalu fokusnya penggunaan analisa kepada hal negatip sehingga kesempatan pemakaian analisa positive Risk sering terbuang percuma karena tidak dikelola. Penilaian suatu resiko akan lebih baik jika asumsi yang digunakan berdasarkan ; pengetahuan, waktu pelaksanaan, waktu perbaikan dan SDM dari pelaksana penuh, mulai dari proses awal hingga hasil akhir. Dengan strategi dan perbaikan metodologi kerja akan diperoleh suatu pendekatan sistematik yang digunakan untuk mengidentifikasikan, memprioritaskan dan memperbaiki resiko dari kerusakan peralatan ME terpasang.
Semoga manfaat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis yaa, komentar kamu...