CONTOH STRUK REKENING LISTRIK PRABAYAR |
Berapa biaya tagihan rekening listrik anda bulan depan? Untuk mendapatkan nilai yang akurat, menurut saya, cukup rumit. PLN saat ini (mulai 2012) menerapkan unit meteran prabayar pada pelanggan yang memasang meteran baru atau menambah daya. Sehingga ada dua sistem cara membayar biaya listrik bulanan yang beredar di masyarakat, yaitu prabayar dan pascabayar.
Pemberlakuan tarif dan biaya yang membingungkan…
Tiga minggu sejak pertama kali dipublikasikan, artikel ini banyak mengalami revisi dan penyesuaian sesuai perkembangan yang saya peroleh mengenai tarif dasar listrik (TDL) baik untuk unit meteran prabayar maupun pascabayar. Sampai akhirnya, saya melihat terlalu banyak kemungkinan dan variabel biaya yang tidak dapat diprediksi perubahannya. Beberapa rancangan metode perhitungan yang telah saya buat, semuanya selalu bermuara pada kemungkinan terjadinya perubahan biaya tetap administrasi dan tidak diketahui kapan waktu perubahan itu terjadi. Sehingga sulit untuk mendefinisikan sebuah model metode perhitungan yang cukup akurat dalam memperkirakan besar cadangan biaya yang harus dipersiapkan.
Akhirnya, saya memutuskan untuk merevisi artikel ini dengan menyingkirkan semua detail perhitungan tarif dan biaya yang ditentukan oleh PLN.
Prakiraan biaya pelanggan unit meteran Pascabayar
Dari beberapa rancangan metode tersebut, saya menemukan ada satu metode perhitungan yang cukup fleksibel dan dapat berlaku secara umum untuk diterapkan pada sistem pembayaran rekening biaya listrik bulanan yang diberlakukan oleh PLN, yaitu dengan memukul rata nilai rupiah per kwh berdasarkan rata-rata pemakaian selama beberapa bulan.
Caranya adalah dengan mendapatkan harga per kwh dari biaya tagihan, kemudian dikalikan jumlah rata-rata pemakaian listrik per bulan. Misalnya : biaya tagihan periode bulan lalu adalah Rp. 190.000-, dengan total pemakaian daya 240 kwh. Perhitungannya menjadi :
190.000 / 240 = 791,7 rupiah per kwh
Jika anda menyimpan struk pembayaran biaya tagihan bulanan listrik, anda dapat mengakumulasi pemakaian daya selama beberapa bulan kemudian membaginya sesuai dengan jumlah bulan yang diakumulasikan. Misalnya total akumulasi pemakaian daya listrik sebesar : 2.808 kwh selama setahun (12 bulan). Kalau di rata-rata, maka nilai pemakaian per bulannya menjadi :
2.808 / 12 = 234 kwh
Dengan nilai rupiah per kwh sebesar 791,7, maka prakiraan biaya listrik yang harus dibayar setiap bulannya adalah :
234 x 791,7 = Rp. 185.257,8,-
Toleransi pemakaian antara jumlah kwh yang dirata-ratakan dengan pemakaian sesungguhnya kira-kira berada pada kisaran 5 s/d 10 kwh. Sangat jarang terjadi kelebihan pemakaian sesungguhnya >10 kwh dari jumlah kwh yang dirata-ratakan. Kalaupun terjadi, biasanya disebabkan penambahan dan pemakaian perangkat elektronik baru.
Prakiraan biaya pelanggan unit meteran Prabayar
Bagi pelanggan yang menggunakan unit meteran prabayar, dapat juga menggunakan metode perhitungan perkiraan biaya seperti di atas. Namun, pertama kali harus memenuhi dahulu kuota pemakaian daya secara satu bulan penuh sesuai dengan kapasitas daya listrik terpasang. Jadi, anda harus menghitung terlebih dulu total kwh yang dibutuhkan secara penuh berdasarkan kapasitas daya listrik terpasang supaya tidak kehabisan kuota saat pertengahan bulan.
Misalnya, untuk pelanggan dengan kapasitas daya 1.300 VA (6 Ampere) harus memenuhi kuota kwh pada unit meteran sebesar :
(1.300 x 24) x 30 = 31.200 x 30 = 936.000 Watt atau 936 Kwh per bulan
*Asumsi : 1 bulan = 30 hari
Sama halnya dengan pelanggan dengan kapasitas daya 2.200 VA (10 Ampere), harus memenuhi kuota kwh pada unit meteran sebesar :
(2.200 x 24) x 30 = 52.800 x 30 = 1.584.000 Watt atau 1.584 Kwh per bulan dan juga berlaku untuk pelanggan meteran prabayar yang menggunakan kapasitas berbeda lainnya.
Setelah pemenuhan kuota selama sebulan penuh telah dikerjakan, hitung nilai per kwh dari total kuota yang telah diisikan.
Misalnya, pada pelanggan 1.300 VA untuk mendapatkan total kuota sebesar 936 kwh perbulan, dibutuhkan biaya sebesar Rp. 761.623,2,-. Jadi nilai rupiah per kwh-nya adalah 761.623,2 / 936 = Rp. 813,7,- per kwh.
Jika pada akhir bulan, sisa kwh yang terlihat pada unit meteran sebesar 623 kwh, maka telah terjadi pemakaian selama bulan berjalan sebesar 936 – 623 = 313 kwh yang berarti 313 x 813,7 = Rp. 254.688,1,- selama sebulan.
Jadi, untuk bulan berikutnya dibutuhkan biaya sebesar Rp. 254.688,1,- sebagai dasar untuk pembelian voucher sebesar 313 kwh. Kemudian tambahkan toleransi kelebihan pemakaian sebesar 10 kwh sehingga total rupiah yang harus dipersiapkan adalah sebesar 254.688,1 + (813,7 x 10) = 254.688,1 + 8137 = Rp. 262.825,1,-
Kehabisan kuota listrik?
Apakah total Watt / Kwh dari perhitungan di atas benar menjamin tidak akan terjadi kasus kehabisan kuota listrik dalam sebulan?
Jika anda menemukan spesifikasi konsumsi daya dari satu perangkat elektronik, spesifikasi itu menunjukkan jumlah konsumsi daya selama satu jam. Misalnya, konsumsi daya lampu SL berkapasitas 5Watt pada tegangan 220Volt akan mengkonsumsi daya listrik sebesar 5 Watt dalam satu jam. Begitu juga konsumsi daya perangkat elektronik lainnya.
Asumsikan kapasitas listrik terpasang di rumah adalah 2200 VA. Dengan meng-kali-kan angka 2200 x 24, berarti anda mempersiapkan perhitungan untuk pemakaian konsumsi daya listrik pada perangkat elektronik apapun di rumah sebesar hingga 2200 Watt untuk setiap jam dalam sehari (24 jam). Anda tidak dapat melebihi pemakaian daya listrik di atas 2200 Watt, karena (pasti) akan menjatuhkan switch MCB di meteran PLN.
Setelah mendapat kepastian tidak akan terjadi kekurangan kuota untuk setiap jam dalam sehari, anda tinggal meng-kali-kan saja jumlah pemakaian setiap hari selama sebulan (30 hari). Dengan cara ini, akan diperoleh nilai total pemakaian daya paling ekstrim per jam selama 24 jam dalam satu bulan sesuai dengan kapasitas listrik terpasang. Sehingga, untuk pemakaian perangkat elektronik apa pun, selama masih dalam batas maksimal 2200 Watt per jam selama 24 jam, kuota akan tetap aman selama 30 hari.
Jika anda hanya menginginkan nilai pembelian berdasarkan rata-rata pemakaian listrik per 1 bulan / 30 hari saja, dapat dengan menggunakan cara sebagaimana yang telah di jelaskan di artikel.
Pascabayar atau Prabayar?
Dengan terlebih dulu memenuhi kuota listrik untuk pemakaian selama 30 hari, sistem pembelian pulsa pelanggan unit meteran prabayar menjadi sama seperti sistem pembayaran via bank pelanggan pascabayar. Jadi, selama sistem pencadangan biaya dapat diatur sedemikian rupa, tidak ada bedanya bagi pelanggan antara menggunakan unit meteran prabayar ataupun pascabayar. Dengan kata lain, untuk mendapatkan kenyamanan menikmati fasilitas listrik yang sama dengan pelanggan pascabayar, maka pelanggan prabayar harus terlebih dulu mengeluarkan biaya dibayar dimuka sebesar kuota listrik 1 bulan sesuai dengan kapasitas listrik yang terpasang (?). Sedangkan pengaturan urusan administrasi pembayaran per bulan dari kedua pelanggan relatif sama. Kedua pelanggan dapat menyerahkannya kepada bank-bank yang memiliki kerjasama dengan pihak PLN. Perbedaannya, pelanggan prabayar tetap harus mengisikan sendiri kuota listrik ke dalam meteran setiap bulannya, sedangkan pelanggan pascabayar tidak.
Pada kasus tertentu, penambahan unit meteran prabayar dapat menjadi pendukung menguntungkan untuk unit meteran pascabayar yang telah terpasang. Misalnya, saat ini, unit meteran listrik di rumah anda masih berstatus pascabayar dengan kapasitas 900 Watt. Kemudian, anda hendak membeli perangkat elektronik baru yang pemakaiannya mengkonsumsi daya cukup besar namun tidak memakan waktu lama, seperti Microwave. Rata-rata konsumsi daya microwave adalah 1300 s/d 1700 Watt.
Untuk mensiasati kekurangan daya dari kapasitas listrik terpasang 900 Watt, anda dapat mengajukan penambahan pemasangan unit meteran prabayar baru berkapasitas 2200 Watt kepada pihak PLN. Sekali lagi saya tekankan, pengajuan penambahan pemasangan unit meteran baru. Bukan pengajuan mengganti meteran lama dengan yang baru. Jika aplikasi permohonan anda disetujui oleh pihak PLN, maka di rumah anda ada dua unit meteran listrik : pascabayar (900 Watt) dan prabayar (2200 Watt). Kemudian, buat jaringan kabel tersendiri bagi meteran prabayar 2200 Watt khusus untuk pemakaian perangkat elektronik berdaya > 900 Watt (microwave). Setelah semua kebutuhan instalasi meteran baru selesai terpasang, anda tinggal mengisikan kuota listriknya saja. Kemudian, tancapkan steker microwave pada stopkontak dan operasikan pada jaringan kabel yang terhubung dengan unit meteran prabayar 2200 Watt.
Pendukung menguntungkan yang saya maksudkan disini adalah anda membayar harga listrik per kwh dari 2200 Watt hanya untuk kebutuhan pemakaian microwave saja. Sedangkan, untuk biaya pemakaian daya selain microwave, tetap anda bayarkan sebesar per kwh listrik 900 Watt. Jadi, saat kuota listrik meteran 2200 Watt habis terpakai (mati), listrik akan tetap menyala melalui meteran 900 Watt. Dengan cara seperti ini, perhatian pencadangan biaya rekening bulanan listrik dapat difokuskan hanya pada pembayaran unit meteran pascabayar 900 Watt saja. Anda dapat mengabaikan mengisi kuota meteran prabayar 2200 Watt tanpa kekhawatiran listrik di seluruh rumah akan padam. Saya rasa, metode ini sulit diterapkan untuk rumah baru siap huni. Dimana PLN telah menetapkan unit meteran listrik yang terpasang adalah unit meteran prabayar berkapasitas minimal 1300 Watt. Namun, tidak ada salahnya untuk mecoba cara di atas jika memang diperlukan kapasitas melebihi 1300 Watt.
Pilihan ada di tangan anda…
Kedua metode perhitungan prakiraan biaya rekening bulanan di atas lebih menekankan pada nilai / harga unit per kwh saja. Dengan demikian, kita sebagai konsumen PLN, sama sekali tidak mengetahui detail pembebanan biaya oleh PLN dalam penentuan nilai akhir dari tagihan yang harus kita bayarkan. Perlukah kita mengetahui rincian detail tersebut? Berapa besar kepentingan kita sebagai konsumen mengetahui hal itu?
Salah satu tujuan membenahi jaringan kabel dan kualitas listrik di rumah adalah guna mendapatkan kepastian bahwa jumlah biaya untuk pemenuhan kebutuhan listrik di rumah merupakan nilai yang pantas dibayarkan. Selama kita membutuhkan keberadaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari, berapa pun besar tarif yang diberlakukan oleh PLN, pada akhirnya tetap harus kita bayarkan. Tanpa terkecuali.
Tidak ada yang dapat kita lakukan terhadap PLN dalam menentukan pemberlakuan besaran tarif listrik. Kita hanya dapat mengusahakan agar perangkat untuk mendukung peredaran listrik di rumah menjadi lebih baik. Sehingga kualitas listrik yang kita peroleh benar-benar layak digunakan untuk pengoperasian perangkat elektronik di rumah. Dampak dari tindakan tersebut akan berimbas pada tingginya efisiensi pemakaian daya akibat efektifitas kinerja perangkat elektronik yang maksimal. Ini adalah satu-satunya cara terbaik mendapatkan konpensasi lebih dari uang yang kita bayarkan setiap bulannya ke PLN tanpa melanggar aturan dan ketentuan yang berlaku.
Konsep / pemikiran yang saya sajikan disini merupakan alternatif dalam menyikapi pemberlakuan perubahan strategi kebijakan pelayanan terhadap pelanggan oleh PLN. Baik dari sisi pembiayaan rekening listrik bulanan maupun pemasangan unit meteran listrik baru. Tujuan yang hendak saya capai semata-mata hanya untuk mempermudah anda sebagai pelanggan PLN menyikapi dinamika perubahan tersebut.
Bagaimana pun juga, sebagai pelanggan PLN (termasuk saya), tetap membutuhkan jasa penyediaan listrik oleh PLN. Kita perlu memikirkan strategi guna mencegah dan menghindari kebuntuan pembiayaan rekening listrik bulanan yang kian membengkak dari waktu ke waktu. Tindakan apa pun yang akan anda tempuh, bagi saya, tetap merupakan keputusan terbaik untuk kepentingan anda sendiri.
Jika anda memerlukan perhitungan lebih detail mengenai biaya rekening listrik, saya sarankan untuk mencarinya pada situs resmi PLN atau afiliasinya.
Semoga bermanfaat…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis yaa, komentar kamu...