Engineers menghadapi era Industri 4.0

Pada saat ini seiring dengan dunia yang memasuki revolusi industri 4.0, maka pemanfaatan robot dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam proses produksi manufaktur akan semakin lazim. Perubahan ke arah automasi tersebut bisa mendatangkan berbagai dampak kepada para pekerja industri. Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) menyatakan bahwa akan ada jenis pekerjaan yang hilang seiring berkembangnya revolusi industri 4.0.

Direktur Jenderal (Dirjen) Pembinaan, Pelatihan, dan Produktivitas Kemenaker Bambang Satrio Lelono menyampaikan, sebanyak 57 persen pekerjaan yang ada saat ini akan tergerus oleh robot.

Namun, masih menurut artikel tersebut, di balik hilangnya beberapa pekerjaan akan muncul juga beberapa pekerjaan baru. Bahkan, jumlahnya diprediksi sebanyak 65.000 pekerjaan.

Bambang mengatakan, yang harus dilakukan sekarang adalah menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Pertanyaannya, apa saja yang harus disesuaikan?

Berdasarkan paparan artikel di laman World Economic Forum, untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang dibawa oleh revolusi industri 4.0, seorang pekerja harus memiliki kemampuan yang tidak akan bisa dilakukan oleh mesin. Misalnya, kemampuan untuk memecahkan masalah atau kreativitas.

Soft skill adalah kunci
World Economic Forum juga merilis 10 skillyang mutlak dibutuhkan para pekerja untuk bisa menghadapi perubahan pada 2020 dan seterusnya, terutama karena adanya Industri 4.0. Skil tersebut di antaranya pemecahan masalah yang komplek, berpikir kritis, kreativitas, manajemen manusia, berkoordinasi dengan orang lain, kecerdasan emosional, penilaian dan pengambilan keputusan, berorientasi servis, negosiasi, dan fleksibilitas kognitif.

Menariknya, lebih dari setengah skil tersebut merupakan soft skill. Artinya, soft skill menjadi salah satu faktor paling penting untuk dimiliki para pekerja di masa depan, seperti kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain, memecahkan masalah, serta aspek kecerdasan emosional lainnya.

Untuk itu, generasi milenial yang lahir pada medio 1980 – 1999 harus mulai mengasahsoft skill mereka. Hal itu karena masa depan manufaktur Indonesia berada di tangan mereka.

Selain pendidikan di dalam lingkungan keluarga, tempat lain untuk mengasah soft skill yang dibutuhkan di dunia kerja adalah lembaga pendidikan.

Beberapa lembaga pendidikan pun, terutama perguruan tinggi, sudah menyadari pentingnya pendidikan soft skill untuk para mahasiswanya.

Perguruan tinggi saat ini tak hanya membekali anak didiknya dengan ilmu pengetahuan danhard skill, tetapi juga mulai melakukan pengembangan soft skill. Saatnya pula lembaga pendidikan yang menerapkan pengembangan soft skill kepada mahasiswanya.







Untuk menghasilkan lulusan dengan soft skill kompeten di bidangnya, lembaga-lembaga ini menerapkan pendidikan dua arah. Yakni, mahasiswa dilibatkan dalam proses belajar dan kehidupan kampus secara terstruktur dan terintegrasi.

IKEI DKI Jakarta dalam waktu dekat akan mengadakan kerjasama dengan lembaga trainning IoT di Jakarta. Diharapkan semua anggota yang tergabung dalam IKEI DKI khususnya dan IKEI umumnya bisa berperan serta dalam menghadapi era Industri 4.0.

Ini adalah satu cara IKEI DKI Jakarta melatih soft skill anggotanya adalah dengan independent session. Mereka dapat belajar untuk bisa memiliki inisiatif, berkoordinasi dengan orang lain, belajar tentang cara menyampaikan pendapat mereka dengan baik dan benar, berkomunikasi dengan baik, dan bertanggung jawab.

Keseriusan IKEI DKI dalam memberikan pelatihan ini diharapkan dapat melatih kemampuan teknis dan soft skill yang dimiliki anggota sehingga disukai oleh perusahaan, setelah pelatihan nanti diharapkan anngota ditempat dimana dia bekerja berhasil mendapatkan promosi kenaikan jabatan. Kinerjanya dinilai mantap untuk promosi tersebut.

Maka keberhasilan anggota IKEI dalam pekerjaannya merupakan contoh sukses dari lulusan yang siap bekerja di era 4.0. Menurut Ketua IKEI DKI Jakarta: "Sepintar apapun seseorang pasti akan sulit mendapatkan promosi apabila perusahaan tidak melihatnya sebagai karyawan yang dapat terus dikembangkan dan memiliki komitmen tinggi bagi organisasinya."

"Yang kami latih nanti adalah soft skills yang memang dibutuhkan oleh industri dewasa ini, sesuai dengan berbagai masukan yang kami terima dalam berbagai forum diskusi dengan pihak industri. Pada umumnya, industri menekankan kebutuhan akan karyawan yang bisa terus belajar, cepat beradaptasi dan melek teknologi."

Kita semua berharap, melalui pelatihan ini yang juga menekankan pengembangan soft skill, selain keterampilan teknis, para anggota ke depan bisa lebih mampu beradaptasi secara cepat terhadap perubahan dan memiliki bekal mumpuni untuk menghadapi masa depan dan pengembangan karirnya di tengah geliat revolusi industri 4.0.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis yaa, komentar kamu...

Makna warna helm safety proyek yang perlu kamu tahu

Ibu Krisdayanti ke Project Arti warna helm safety yang digunakan oleh para pekerja di suatu pekerjaan proyek.. Indonesia sebagai negara ber...

KDAM 728x90